Sektor
kesehatan merupakan bidang yang kaya informasi ( information-intensive domain).
Sayangnya, bidang ini relatif tertinggal dalam menerapkan konsep, aplikasi
maupun inovasi pengelolaan informasi untuk mewujudkan pelayanan,
pendidikan dan penelitian kesehatan yang efektif, efisien dan bermutu tinggi.
Dengan semakin ketatnya persaingan, pengelolaan informasi, pembelajaran,
pengetahuan dan kewaskitaan (wisdom) merupakan kunci kelangsungan hidup
organisasi kesehatan,
Beberapa
organisasi kesehatan di Indonesia menghadapi beberapa masalah seperti lemahnya
surveilans, kegagalan pengembangan SIK dan billing systems di beberapa daerah
dan rumah sakit menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan terhadap tenaga ahli
sistem dan manajemen informasi kesehatan. Tenaga ahli tersebut diharapkan tidak
hanya mampu mendiagnosis masalah yang terkait dengan sistem dan manajemen
informasi, namun juga mampu memberikan solusi dengan pendekatan sistem ( system
thinking).
Akan
tetapi, msih banyak yang tidak mengetahui mengenai hubungan SIK (Sistem Informasi
Kesehatan) dengan surveilans. Sehingga perlu penjelasan atas pemanfaatan SIK
pada Surveilans.
1.
Pengertian
1.1 Pengertian Sistem Informasi Kesehatan (SIK)
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi diseluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer Based Hospital Information System) di Indonesia telah dimulai pada akhir dekade tahun 80’ an. Salah satu rumah sakit yang pada waktu itu telah memanfaatkan komputer untuk mendukung operasionalnya adalah Rumah Sakit Husada. Departemen Kesehatan dengan proyek bantuan dari luar negeri, juga berusaha mengembangkan Sistem Informasi Rumah Sakit pada beberapa rumah sakit pemerintah dengan dibantu oleh tenaga ahli dari UGM.
Namun,
tampaknya komputerisasi dalam bidang rumah sakit, kurang mendapatkan hasil yang
cukup memuaskan semua pihak. Ketidak berhasilan dalam pengembangan sistem
informasi tersebut, lebih disebabkan dalam segi perencanaan yang kurang baik,
dimana identifikasi faktor-faktor penentu keberhasilan (Critical
Success Factors) dalam implementasi sistem informasi tersebut kurang
lengkap dan menyeluruh. Perkembangan dan perubahan yang cepat dalam segala hal
juga terjadi didunia pelayanan kesehatan. Hal ini semata-mata karena sektor
pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem yang lebih luas dalam
masyarakat dan pemerintahan dalam suatu negara, bahkan lebih jauh lagi sistem
yang lebih global.
Adapun
Peraturan perundang-undangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan
adalah:
1. Kepmenkes
Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang
kesehatan. Desentralisasi pelayanan publik merupakan salah satu langkah
strategis yang cukup populer dianut oleh negara-negara di Eropa Timur dalam
rangka mendukung terciptanya good governance. Salah satu motivasi
utama diterapkan kebijaksanaan ini adalah bahwa pemerintahan dengan sistem
perencanaan yang sentralistik seperti yang telah dianut sebelumnya terbukti
tidak mampu mendorong terciptanya suasana yang kondusif bagi partisipasi aktif
masyarakat dalam melakukan pembangunan. Tumbuhnya kesadaran akan berbagai
kelemahan dan hambatan yang dihadapi dalam kaitannya dengan struktur
pemerintahan yang sentralistik telah mendorong dipromosikannya pelaksanaan
strategi desentralisasi.
2. Kepmenkes
Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem
laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Salah satu yang menyebabkan
kurang berhasilnya Sistem Informasi Kesehatan dalam mendukung upaya-upaya
kesehatan adalah karena SIK tersebut dibangun secara terlepas dari sistem
kesehatan.SIK dikembangkan terutama untuk mendukung manajemen kesehatan.
Pendekatan sentralistis di waktu lampau juga menyebabkan tidak berkembangnya
manajemen kesehatan di unit-unit kesehatan di daerah.
1.2 Pengertian Surveilans
Surveilans adalah upaya / sistem / mekanisme yang dilakukan secara terus menerusdari suatu kegiatan pengumpulan, analisi, interpretasi,dari suatu data spesifik yang digunakanuntuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program ( Manajemen program kesehatan)
Menurut WHO : Surveilans adalah "Pengumpulan, pengolahan, analisis data kesehatan secara sistematis danterus menerus, serta desiminasi informasi tepat waktu kepada pihak – pihak yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat".(Last, 2001 dalam Bhisma Murti,2003 )
1.3 Penerapan dan fungsi SIK
terhadap Surveilans
1.3.1
Gambaran SIK di Indonesia
Sistem
informasi yang ada pada saat ini dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Masing-masing
program memiliki sistem informasi sendiri yang masih belum terintegrasi.
b. Terbatasnya
perangkat keras(hardware) dan perangkat lunak(software) diberbagai jenjang.
c. Terbatasnya
kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk mengelola dan mengembangkan
sistem infornasi.
d. Masih
belum adanya membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan
data/informasi.
e. Belum
adanya sistem pengembangan karir bagi pengelola sistem informasi
1.3.2
Hambatan-Hambatan Penerapan SIK di Indonesia
Melihat Sistem Informasi Kesehatan yang ada di
Indonesia, maka kita bisa menilai bahwa penerapannya masih cukup kurang.
Khususnya untuk Surveilans yang berfungsi untuk menggambarkan segala situasi
yang ada khususnya perkembangan penyakit sehingga berpengaruh terhadap derajat
kesehatan setiap individu di dalam populasi yang ada.
Sebagai contoh misal gambaran Sistem Informasi Pada
Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan. Timbul berbagai
permasalahan tetrkait penerapan Sistem Informasi kesehatan, disana digambarkan
bahwa masih ditemukannya beberapa puskesmas yang tidak sesuai dalam proses
pencatatan dan pendataan. Terbukti dengan masih adanya 5 Puskesmas yang tidak
menggunakan komputer dari 19 Puskesmas yang ada.
Tidak hanya masalah tersebut saja, yang menjadi
penghambat atas penerapan SIK (Sistem Informasi Kesehatan) di Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan. Melainkan masih banyak sekali
masalah yang timbul, yaitu :
a. Untuk
mengakses data sulit karena terpisah antara program.
b. Adanya
perbedaan data antar bagian dengan data yang sama, misalnya jumlah bayi.
c. Sulitnya
menyatukan data karena format laporan yang berbeda-beda.
d. Adanya
pengambilan data yang sama berulang-ulang dengan format yang berbeda-beda dari
masing-masing bagian.
e. Waktu
untuk mengumpulkan data lebih lama, sehingga pengolahan dan analisis data
sering terlambat.
f. Pimpinan
sulit mengambil keputusan dengan cepat dan akurat karena data berbeda dan
keterlambatan laporan.
Jadi, apabila melihat dari penjabaran di atas maka
bisa disimpulkan bahwa faktor-faktor yang sering menghambat SIK (Sistem
Informasi Kesehatan) yang bersifat daerah (SIKDA) maupun nasional (SIKNAS)
berdasarkan gambaran di Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur, Propinsi
Kalimantan adalah faktor geografis (tempat dan lokasi), human resources
medical atau tenaga kesehatan, infrastruktur pendukung (komputer,
software, dan lain-lain), dan kebijakan mengenai SIKDA (Sistem Informasi
Kesehatan Daerah) maupun SIKNAS (Sistem Informasi Kesehatan Nasional).
1.3.3
Hubungan SIK dengan Surveilans
Pada pengertian diatas, sudah dijelaskan mengenai pengertian dari Surveilans dan SIK (Sistem Informasi
Kesehatan). Mengutip pernyataan dari CDC / ATSDR (Center for Diseas
Control / Agency for toxic Substance and Disease Regristary) menerangkan
bahwa Surveilans atau Surveillance is the ongoing systematic
collection, analysis, and interpretations of outcome-spesific data for use in
the planning, implementation, and evaluation of public practice.
Sedangkan SIK (Sistem Informasi Kesehatan) adalah
gabungan perangkat dan prosedur yang digunakan dalam program kesehatan untuk
mengumpulkan, mengolah, mengirimkan, dan menggunakan data untuk keperluan
perencanaan, monitoring, evaluasi, dan pengendalian (pengambilan keputusan).
Dengan melihat, kedua pengertian di atas kita bisa
mengambil sebuah kesimpulan bahwa SIK (Sistem Informasi Kesehatan) dan
Surveilans memilki sebuah kesamaan dalam penerapannya. Yaitu sama-sama
digunakan untuk melakukan perencanaan (planning) di bidang
kesehatan. Di Indonesia Sistem Surveilans Epidemiologi merupakan subsistem dari
SIKNAS (Sistem Informasi Kesehatan Nasional) dan mempunyai fungsi strategis
dalam intelijen penyakit dan masalah kesehatan untuk penyediaan data dan
informasi epidemiologi dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat.
Jadi, SIK (Sistem Informasi Kesehatan) dengan
Surveilans dapat kita gambarkan melalui diagram sebagai berikut :
Akan tetapi, surveilans tidak berjalan secara
semestinya seperti pengertiannya. Masih banyak permasalahan yang muncul di
tengah-tengahnya. Berdasarkan observasi WHO (World Health Organization),
2004 menemukan beberapa temuan terkait surveilans seperti :
a. Kurangnya kesadaran akan pentingnya informasi surveilans penyakit di kalangan pengelola program kesehatan, pejabat kesehatan, staf pelayanan kesehatan dan staf surveilans sendiri di semua tingkat.
a. Kurangnya kesadaran akan pentingnya informasi surveilans penyakit di kalangan pengelola program kesehatan, pejabat kesehatan, staf pelayanan kesehatan dan staf surveilans sendiri di semua tingkat.
b. Informasi
surveilans tidak digunakan dalam pengambilan keputusan.
c. Kualitas
data Surveilans tidak memuaskan dan sulit diperbaiki.
d. Tidak
dilakukan analisis data surveilans secara memadai.
e. Penyelidikan
kejadian luar biasa (KLB) dilakukan sembarangan.
f. Tidak
ada motivasi di kalangan staf surveilans untuk meningkatkan kemampuan diri.
g. Berbagai
sistem surveilans penyakit khusus sulit dikoordinasikan dan diintegrasikan.
Penutup
Kesimpulan
:
1. Bahwa
SIK ( Sistem Informasi Kesehatan) memiliki hubungan dan saling keterkaitan
dengan Surveilans.
2. Hubungan
dan saling keterkaitan antara SIK ( Sistem Informasi Kesehatan) dengan
Surveilans adalah dalam proses kerjanya yaitu meliputi aktivitas pengumpulan data,
pengolahan data, sampai dengan interpretasi data sebagai sumber informasi dan
untuk pengambilan kebijakan kesehatan.
3. Bahwa
SIK ( Sistem Informasi Kesehatan) merupakan kerangka kerja dari Surveilans.
Saran
:
Berdasarkan
temuan dari WHO ( World Health Organization ) tahun 2004
mengenai temuan atas Surveilans di Indonesia. Perlunya perbaikan atas kinerja
dari tenaga pendukung Surveilans yang bekerja untuk memenuhi informasi untuk
SIK (Sistem Informasi Kesehatan). Sehingga bisa meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat Indonesia.
Diah Tantri Ekawati
NIM : 1205015025
Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9Oo3H-Rvcv0vgvo3DGH7uwBaaTxWBYcmIh0cT-DkakVdoQ9_MTLKlBJFbYDLdW6kt129bsVHwpSa6RAhg8VpSX1d2X1Fz-DaCO6EKlKzikMLiTuzfB5hsjFeSJMOD5x4RG9BBBqKrMqw/s1600/khfgioseroi.jpg
https://www.scribd.com/doc/225984479/Makalah-Surveilans-Epidemiologi
0 komentar:
Posting Komentar